Monday 22 September 2008

A world to live in

~ We create our own history ~


Pernah suatu kali baca sesuatu, isinya nyeritain ada beberapa orang yang mengambil batu kerikil sembari mengucap tasbih. Terus ada yang nanyain kenapa sambil ngambil kerikil, dijawabnya biar ngucap tasbihnya banyak, kan sampai kerikilnya terambil semua. Komentar berlanjut kurang lebih begini: Kalo emang betul-betul pengen bertasbih, maka bertasbihlah sambil menghitung nikmat yang udah dianugerahkan Allah. Rachma lupa redaksi tepatnya gimana biggrin, tapi esensinya kira-kira seperti itu.


Kenapa tiba-tiba keingetan kisah itu... nggg ceritanya gini. Biasanya, kalo Rachma lagi cemas dan gak tenang, yang ntah cemas dan gak tenangnya tuh disebabkan apa, suka mimpi yang aneh-aneh. Terus pas bangunnya suka ngerasa mood yang aneh juga, hehehe. Berhubung minggu-minggu kemaren Rachma dihinggapi perasaan cemas tak beralasan, dan seperti biasa malam pun jadi berhiaskan mimpi-mimpi aneh mrgreen, sampe akhirnya pas weekend kemaren teh kisah itu yang terus terngiang-ngiang di kepala. Menulis itu ngebantu banget ngurangin cemas dan waswas yang tak beralasan itu. Walo banyakannya mah gak nyambung sama apa yang sebenernya dicemasin, tapi membantu ngurangin beban, numpahin beberapa pikiran yang berseliweran di kepala.


Cara lain mengalihkan perhatian adalah nonton, mulai dari action, humor, sampe yang romantis dan sedih. Pokoknya nonton ajah, kadang mah gak terlalu ngeh inti ceritanya apa, pokoknya nonton, ngalihin perhatian. Oya, perlu dicatat juga: nontonnya nonton yang gak perlu mikir, alias kalo ada yang jahat ada yang baik, yang baiknya pasti menang biggrin. Meanwhile, Rachma mikir... are those things called refreshing or wasting time?


Kegiatan berlanjut dengan dengerin suatu kajian online. Sambil dengerin, tiduran di sofa, dan akhirnya ngalamun. Banyak hal Rachma lamunin, dan banyak pula air mata yang jatuh, hehehehe. Sampai akhirnya tiduran sambil dengerin murrotalnya Syeikh Al-Ghamdi. Ngalamun berlanjut. Kalo denger murrotal itu suka keingetan rumah. Mengingat rumah ortu Rachma mah pan di kampung, jadi tiap hari itu emang sering denger murrotal via speaker mesjid, baik mesjid deket rumah, maupun mesjid kampung tetangga. Satu vibre yang sama: ketenangan. Kalo denger murrotal genre itu tuh efeknya menenangkan.


Kenapa Rachma sebut genre? Karena... jadi ceritanya dulu itu Rachma termasuk orang yang susah nangis. Kalo misal pas di pengajian suka ada renungan ato apa gitu, orang lain udah nangis-nangis gak jelas, bercucuran air mata, tersedu-sedu dan sejenisnya... maka Rachma mah lempeng-lempeng aja sambil mikir-mikir kok Rachma gak nangis ya? Dan genre... ato mungkin qiroáti Al- Qurán berpengaruh, karena memang ada lagam-lagam tertentu yang secara gak sadar membawa efek tenang dan damai, dan kadang membuat Rachma "sadar diri" menyadari kebesaran Allah, dan tak terasa... nangis.


Pernah suatu kali, dalam edisi curhat Rachma sehabis sholat [ Rachma ngaku kok, cara Rachma berdoá itu lebih mirip curhat razz], Rachma mengadukan masalah nangis menangis ini. Kadang, Rachma iri, kenapa orang lain itu bisa segitunya menghayati tiap ayat, sampe bisa nangis... sedangkan Rachma mah lempeng-lempeng aja [ya da abisnya mu nangis gimana atuh, ngerti juga nggak da khazanah bahasa Arabnya baru dikit... rolleyes]. Terus suka mikir lagi, mempertanyakan, emang orang yang nangis-nangis itu... kalo pas lagi mabit misal, pada ngerti artinya jadinya pada nangis??? Karena kalo Rachma mah ya, kalo pas lagi mabit teh ngantuknya pisaaaaaan. Pan bacaannya panjang-panjang tah, kadang secara gak sadar, kalo lagi sujud suka ketiduran da, hehehehe mrgreen, terus kalo lagi rukuk, suka kelintas kok lama banget ya rukuknya... Kalo abis iftitah kan ada kerjaan ngedengerin imamnya baca Al-Qurán, tapi kalo lagi rukuk itu, kadang untuk jeda waktu sekian menit... Rachma bisa ngelamun ke manaaaa gitu, kadang malah mikirin tugas termodinamik misal, dan berhasil nurunin rumus saat itu juga neutral. Terus orang-orang di sekeliling Rachma masih pada tersedu-sedu akibat ngedengerin bacaan surat sebelumnya. Kok Rachma masih lempeng-lempeng aja ya?


As time goes by, banyak hal terlewati, banyak kisah, dan akhirnya sampailah Rachma pada masa ini, fragile. Doá itu terkabul. Ketika ada suatu ayat diperdengarkan, ada satu bagian di hati Rachma bergemuruh, dan ada bulir-bulir air mata yang harus ditahan. Bukan karena sedih, tapi karena malu. Bayangkan, ada Dzat yang setiap saat melihat, menjaga. Mengirimkan malaikatnya untuk memastikan... mata Rachma bekerja, merespon tiap cahaya. Memastikan ... tiap molekul O2 di udara yang terhirup hidung masuk ke sistem pernafasan, beredar tepat di pembuluh darah. Memastikan otak Rachma merespon tiap sinyal motorik maupun sensorik dengan benar. Dan telinga... tangan... kaki... kulit... sel... semuanya sibuk melakukan tugasnya masing-masing, taat menjalankan perintah Allah, untuk memastikan seorang makhluk bernama Rachma hidup, berkesempatan beribadah pada-Nya.


Lalu apa yang Rachma lakukan? Mungkin kadang Rachma lupa sama nikmat itu semua. Mungkin Rachma kadang hanya menganggap itu angin lalu, karena sudah merasa terbiasa. Bahkan Al-Qurán pun mungkin kadang hanya Rachma baca untuk mengejar target: Ramadhan ini harus khotam dua kali, tanpa Rachma pelajari dan hayati maknanya. Terjemahnya pun hanya dilihat sekilas, tidak dibaca, semata-mata terpatok target, harus khotam... harus khotam. Kadang sholat pun masih di"nanti-nanti"kan, padahal tau benar... bahwa bagi orang yang melalaikan sholat, hadiahnya adalah neraka Weil. Tapi kenapa Rachma tuh masih suka bandel dan bertingkah acuh tak acuh? Dan di tengah kelalaian itu, tiba-tiba terdengar suatu ayat terlantun. Iya, hati Rachma bergemuruh, ada air mata terjatuh, malu... diri ini lalai, namun Allah masih berkenan menyapa lewat ayat-Nya. Tapi tentunya, malu saja tidak cukup, nangis saja tidak cukup.


Ada rasa lelah yang tiba-tiba menghinggapi, rasa kosong yang tiba-tiba terasa, dan rasa sedih yang perlahan menyelimuti. Rachma perlu istirahat, ntahlah, sepertinya perlu istirahat. Jadilah berencana tidur. Sebelum tidur, Rachma liat buku yang sedikit tertutup gorden. Rachma ambil buku itu. Sebuah tafsir juzámma, milik temen. Ada debu yang menutupi plastik sampul tafsir itu. Ah ya, ntah sudah berapa bulan tafsir itu tidak Rachma buka. Rachma baca tafsir surat An-Naba. Berita besar, itulah terjemahan nama surat ke-78 itu. Sekilas Rachma pun teringat kisah kerikil tadi... hmm... menghitung nikmat yang sudah Allah anugerahkan.... hmm...

Dan kembali lamunan Rachma berjalan ntah ke mana,,,
Allah Maha Melihat, dan malaikat Raqib dan Atid senantiasa mencatat sejarah hidup Rachma. Lebih rinci dari blog ini tentunya. Sejarah yang nantinya akan dibuka, diumumkan di hadapan semua manusia yang pernah hidup di dunia ini. Ditambah para penduduk langit. Surga yang pintunya terbuka menunggu, ataukah neraka yang apinya melambai menyala.


Ya Allah... banyak sekali yang harus diperbaiki....


Astaghfirullaahaládziim
Astaghfirullaahaládziim
Astaghfirullaahaládziim



Tentang apakah mereka saling bertanya tanya? Tentang berita yang besar. Yang mereka perselisihkan tentang ini. Sekali-kali tidak; kelak mereka mengetahui. Kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka akan mengetahui. Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan gunung-gunung sebagai pasak? Dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan. Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat. Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan. Dan Kami bina di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh. Dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari). Dan Kami turunkan dari awan air yang tercurah. Supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan. Dan kebun-kebun yang lebat? Sesungguhnya Hari Keputusan adalah suatu waktu yang ditetapkan. Yaitu suatu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok. Dan dibukakan langit, maka terdapatlah beberapa pintu. Dan dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia. Sesungguhnya neraka Jahannam itu (padanya) ada tempat pengintai. Lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas. Mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya. Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman. Selain air yang mendidih dan nanah. Sebagai pembalasan yang setimpal. Sesungguhnya mereka tidak takut kepada hisab. Dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dengan sesungguh-sungguhnya. Dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitab. Karena itu rasakanlah. Dan Kami sekali-kali tidak akan menambah kepada kamu selain daripada azab. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan. (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur. Dan gadis-gadis remaja yang sebaya. Dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman). Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula perkataan) dusta. Sebagai balasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak. Tuhan Yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; Yang Maha Pemurah. Mereka tidak dapat berbicara dengan Dia. Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah, dan ia mengucapkan kata yang benar. Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya. Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah".
[QS. an-Naba' (78) : 1-40]



0 comments:

Popular Posts