Monday 22 June 2009

Humanity

Russian doll


Russian doll di atas itu lucu banget ya... ngegemesin mrgreen... tapi tentu sajah, topik bahasan kali ini bukan di lucu ato nggaknya Russian doll (eh, tapi gak tau ya kalo tiba-tiba di tengah-tengah lagi nulis dan inget yang lucu-lucu, heheheheh razz). Yang mu Rachma bahas kali ini adalah filosofi yang bisa diambil dari desain Russian doll (tsaaaah... gaya banget gak seeeh, main filosofi gitu... ahahahah, yang jelas mah mengarang indah we ini mah... Rachma lagi bosyen dan perlu sesuatu buat mengalihkan perhatian razz).


Jadi, pada intinya kalo boneka Russia itu dibuka, akan ada boneka yang lain di dalamnya, dan seterusnya... dan seterusnya... ampe nyampe ke boneka terkecil di dalamnya. And the point is... the design of Russian doll describes quite well about human being. Dalam artian... pada dasarnya manusia punya beberapa shields, dan adalah suatu hal yang normal bahwa manusia, dalam hal ini Rachma, tidak menunjukkan identitas yang sebenarnya di depan semua orang. Mungkin di depan si ini, cuman luarnya sajah yang Rachma tunjukkan, mungkin di depan si itu bisa nyaman banget untuk mengekspresikan diri. That's just normal behavior of a human being.


Alkisah, suatu ketika ada temen yang nanyain pertanyaan-pertanyaan manusiawi, semacam: Rachma, pernah ngerasa gak pede? Pernah ngerasa panik? Pernah kesel dan marah sama seseorang? Pernah takut ini itu? Dan sederetan pertanyaan senada. Jawaban Rachma adalah "pernah... sering malah"... bedanya, Rachma tidak menunjukkan emosi-emosi seperti itu secara lugas. Well, being calm doesn't always mean I have no problems to face. Smiling a lot doesn't always mean I am happy. There are times I want to scream out right on a person's face to say that the person is sooooo d*mn selfish. There are times I want to say loudly "sh*t your mouth up!". There are times when I smile and say "fine, I don't mind doing it by my self"... while inside I am sad and questioning... how can people be so selfish? Dan bagian yang paling Rachma gak suka adalah orang yang sok sibuk. Alamak... orang sibuk... orang sibuk... pengennya nerima jadi... emangnya si sayah ini nggak sibuk? Sering ketawa dan terlihat nyantai bukan berarti ni pikiran nyantai jugaaaaaah marah2 .... hehehehe... ngeluarin uneg-uneg ampe puas razz. Biasanya kalo udah mumet banget, mau marah-marahin orangnya kan gak boleh, tapi tetep ajah hati tuh emosiww... ya akhirnya mah nangis aja deh, ampe ketiduran... besoknya biasanya dah fresh lagi sih, lupa keselnya, heheheh.


Walo di luar terlihat tenang, Rachma mah ngaku kalo emosi Rachma mudah berubah. Apalagi dibarengi dengan ego tinggi dan gak sabaran... sayah sangat nyadar kalo diri ini amat sangat wajib untuk take control over my emotion. Mudah marah, mudah tersinggung, mudah bete. Cuman membiasakan diri aja untuk diem lempeng tetap ceria dan tersenyum manis. Some people might be mistaken that outside appearance to judge that I am a nice warm friendly person. Well... bisa benar... bisa juga nggak razz. Mungkin secara kakunya, there is always reason behind every act. Dan Rachma bisa lho, jadi orang yang dingin-jutek-jahat, more than you can imagine. As I know how to choose the words carefully to speak to people, I actually know how to hurt them to the darkest corner. Do you think that's scary? Well, then I have to remind you that a knife does have two sides. Dan tentu saja, yang membedakan itu semua adalah kadar keimanan dan keislaman seseorang... (ciyeee, mulai berat gitu deh pembahasannya,,, dari Russian doll nyampe ke iman islam, heheheh razz). Yang jelas, pemahaman tentang analogi Russian doll ini mempermudah Rachma dalam mengeliminasi kata "envy" dari kamus hidup Rachma. Bahwa pada dasarnya, setiap orang punya masalahnya masing-masing. Jadi gak perlu pake envy-envy segala, syukuri aja hidup ini, terus hepi-hepi deh,,, heheheh. Soalnya pernah kejadian, jadi pas temen Rachma cerita tentang calonnya... tiba-tiba sajah si sayah ini teh jealous.. ahahaha serius eta kalo inget Rachma jadi pengen ketawa sendiri mrgreen. Jadi jealousnya itu karena mikir... wah, asik ya orang lain mah udah mu nikah... punya seseorang yang halal untuk sharing ini itu. Asli eta mah Rachma mesti istighfar banyak-banyak, soalnya jadi kepikiran gini... apa Rachma terima aja ya si ini, kan mayan tuh punya suami jadi kan bisa ada tempat berkeluh kesah, berbagi ini itu, berbagi kasih sayang (Haha! razz). Tapi pas dipikir-pikir lagi... beuh si Eneng, mana ada alasan nikah macem begono... 19. Atau kepikiran lain... sebetulnya mah kan banyak yang bersedia dengerin keluh kesah Rachma, bahkan mungkin akan dengan senang hati berusaha menghibur. Idih... tapi dengan niatan jahat kayak begini mah, itu namanya memanfaatkan orang atuh Neng... istighfar...istighfar... keringetan. Itu teh sambil meyakinkan diri... Rachma harus kuat, emosi harus stabil...pikiran harus jernih... harus rasional, harus realistis, gak boleh egois, gak boleh ngasi harapan palsu, heheh.


Btw, ini Rachma ngetik dalam keadaan lapar. Terus karena gak ada minyak goreng (coba ya, belanja ini itu, tapi minyaknya kelewat confused)... jadinya nyoba masak lumpia pake oven... hehehehe, tapi enak-enak aja sih, mungkin karena dah laper banged razz. Dan sang ngantuk pun sudah datang... tapi sebelum itu, Rachma mu nyantumin wishlist selanjutnya: Mazda 3. Sebetulnya sih Rachma pengennya mobil warna pink, yang kepikirannya Jazz pink ituh. Tapi tentu saja, teman-teman Rachma segera menyadarkan Rachma dari keranjingan warna pink, hihihihi. Jadi wish listnya ini sajah, tadinya pengen yang Civic type R warna putih, tapi harganya muahal -mesti kaya raya dulu razz- dan pas baca reviewnya cenah Civic yang baru teh kurang bagus. Jadi pilihan jatuh pada Mazda sajah. Alasan milih ini... ya apalagi alasannya kalo bukan karena mobilnya lucuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu... mrgreen. Senangnya,,, bermimpi itu gratis! Hihihihi....






Saturday 13 June 2009

Bladmuziek

Sheet piano -hasil searching di Scribd- dari lagu I'm yours (Jason Mraz), Love story (Taylor Swift), dan Bubbly (Colbie Caillat). Have fun!









Thursday 11 June 2009

The earth

Bagi yang seneng nonton dokumenter semacam national geographic, maka film Home bisa jadi pilihan. Berita gembiranya, filmnya bisa distreaming secara legal di youtube... wink. Pas liatnya... duh, bumi kok indah banget ya... subhanallah pokoknya. Dampak lainnya, jadi pengen traveliiiiing... hihihih.


Mu OOT ah... Semalem sebelum tidur, Rachma ke kamar mandi buat sikat gigi. Kebetulan di wastafel satunya ada temen koridor, orang China, lagi melakukan ritual perawatan wajah sebelum tidur. Can you guess what she was doing? Hehe, Rachma pas liatnya agak shocked juga sih. Jadi dia itu nyiapin semacam baskom, terus ada larutannya gitu (kayanya sih air dicampur apa gitu, keciumnya sih bau cuka). Terus dia menenggelamkan wajahnya beberapa menit di baskom tadi, beberapa kali. Saat itu kelintas kalimat yang sering Rachma baca di majalah ato forum kecantikan: beauty is pain razz. Dan sebetulnya Rachma pengen nanya detail ramuan larutannya apa, cuman karena dah ngantuk-ngantuk dan dia pun tampak rusuh juga... yah, kapan-kapan lah ya nanya, hehehe. Beberapa minggu sebelumnya, pernah ketemu juga ama seorang Tante gitu di centrum, umurnya udah 70an, tapi kulitnya... alamak... mencrang banget. Setelah ngobrol ke sana ke mari, akhirnya Rachma pun menanyakan pertanyaan utama: Tante kok gak keliatan udah 70an, rahasia cantiknya apa Tante? Bagi-bagi doooong.... heheheheh mrgreen.


Oya, sama satu lagi, kemaren-kemaren nonton VOD Macworld June 2009, dan liat-liat website Apple, dan liat spec macbook pro yang 13 inch... ah, kayanya Rachma makin jatuh cinta ama produk Apple, hihihihi. Udah gitu, kan lagi promo tuh, kalo beli macbook sekalian iPod touch sebelum 8 September, dapet diskon sekitar 185 euro, alias harga iPod-nya jadi cuman 35 euro.... Drooling banget jadinya. Jadinya berdoĆ”... semoga jatah saving September gak kecoceng. Ah, tapi mesti nambah juga deng dari jatah saving bulan Juli-Agustus, udah gitu ada rencana ke Dresden juga, terus mesti beli tiket Emirates juga.... Arrrrghhh... kalo banyak maunya emang jadi lieur sendiri .

Wednesday 10 June 2009

Life is wonderful

It takes a crane to build a crane
It takes two floors to make a story
It takes an egg to make a hen
It takes a hen to make an egg
There is no end to what I'm saying

It takes a thought to make a word
And it takes some words to make an action
It takes some work to make it work
It takes some good to make it hurt
It takes some bad for satisfaction

La la la la la la la life is wonderful
Ah la la la la la la life is full circle
Ah la la la la la la life is wonderful
Al la la la la
Hm... hmm

It takes a night to make it dawn
And it takes a day to make you yawn brother
It takes some old to make you young
It takes some cold to know the sun
It takes the one to have the other

It takes no time to fall in love
But it takes you years to know what love is
And it takes some fears to make you trust
It takes those tears to make it rust
It takes the dust to have it polished

Ha la la la la la la life is wonderful
Ah la la la la la la life is full circle
Ha la la la la la la life is wonderful
Ha la la la la la la
It is so......

It takes some silence to make sound
And It takes a loss before you found it
It takes a road to go nowhere
It takes a toll to make you care
It takes a hole to make a mountain

Ah la la la la la la life is wonderful
Ah la la la la la la life is full circle
Ah la la la la la la life is wonderful
Ah la la la la la la love is meaningful
Ah la la la la la la life is wonderful
Ah la la la la la la
It is so... wonderful
It is so... meaningful

~ Jason Mraz, Life is Wonderful, Mr. A-Z (2005) ~


The first part of the lyric is rather funny, but overall ... heel goed!

Ada satu lagu lagi yang mayan sering Rachma denger akhir-akhir ini, lagunya Lily Allen ... enak didengar, asli! Kalo gak merhatiin bener-bener liriknya, gak nyangka kalo judulnya "f*ck you", dan walopun udah tau ada kata itu di lagunya, tetep we didengerin, ehehehehe razz.

Monday 8 June 2009

Chit chat

Orang bijak bilang, hidup adalah proses pembelajaran. Ada bagian bahagia, ada bagian sedih, layaknya roda yang berputar... ada saatnya di bawah, ada saatnya di atas. Dan bahkan, mungkin skenario hidup menggiring pertemuan dengan orang-orang yang kurang tepat, agar saat manusia bertemu dengan pasangan tepatnya, ia akan belajar bersyukur atas pemberian Sang Khalik. Namun, seberapa jauhkah manusia percaya akan hal ini? Seberapa dalamkah manusia berhusnudhan terhadap Penciptanya?


Sebagai makhluk single (lagi menghindari kata jomblo razz) ... pertanyaan yang sama kerap terulang: Kapan nikahnya? Nunggu apalagi? Tinggal nentuin pilihan aja kan? Kenapa gak sama si ini aja? Ato si itu? Biasanya Rachma menghindar menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, ato gak pake mikir bilang belum mikirin nikah deket-deket ini. Tapi apakah begitu adanya? Bahwa Rachma tidak memikirkan nikah? Tentu tidak! (jyahahahah, kaya iklan obat cacing razz). Sebagai makhluk normal, sayah sangat memikirkan nikah (kekekek... menekankan kata normal razz). Walopun secara histori si sayah ini teh belum pernah punya pacar, kalo kisah-kisah mah pernah atuh (yaiks, mirip pengakuan dosa... heheheh). Dan jangan salahkan Rachma, bahwa dengan adanya kisah-kisah itu ... sekarang jadi lebih bijaksana dalam menimbang dan memilih siapa yang akan jadi qawam Rachma (jadi Jendral, bahasa lugasnya mah si sayah teh justru jadi lebih picky ... hihihih cool).


Kehidupan mengajarkan Rachma untuk berhati-hati, bahkan dalam menerapkan prinsip husnudhan pada orang lain. Bahwa pada kenyataannya, banyak tabir cerita dunia yang ditutup-tutupi, bahwa mengenakan topeng dan menjaga image adalah suatu hal yang lazim, bahwa secara disadari atau tidak... manusia pada dasarnya ingin bermain aman, bahkan sampai pada keadaan ingin sholeh/sholehah sendiri. Tapi apakah Rachma berhak mengeneralisasi semua orang seperti itu? Tentu tidak (iklan deui razz). Berusaha untuk mempercayai bahwa masih ada orang-orang yang jujur -setidaknya berusaha seoptimal mungkin untuk jujur-, yang sinkron antara perbuatan dan perkataannya, walo mungkin jumlahnya tidak banyak. Seperti mencari mutiara di dasar laut mungkin, su-syeeh. Dan tentu saja, yang perlu ditekankan adalah berusaha untuk senantiasa berhusnudhan pada Allah, untuk apapun yang terjadi dalam hidup Rachma.


Salah satu kalimat pelipur lara bagi makhluk single di antaranya: calonnya mah udah ada, tapi masih dirahasiakan oleh Allah, biar jadi surprise. Jadi, yang seharusnya dilakukan adalah bersiap-siap untuk menyambut sang jodoh. Dalam memaknai hal itu, misal dalam rangka menghibur diri, atau menghibur orang lain, kadang Rachma mengganti kata "putus/there's something wrong with the relationship" dengan "hari pembebasan", kekekekek. Misal, temen Rachma ada yang putus in relationshipnya, biasa lah cewek suka rada lebay, pake nangis-nangis segala. Biasanya Rachma komentar: kenapa malah sedih? Harusnya mah seneng, ketawa, ini tuh hari pembebasan kamu. Lebih cepet lebih baik ... tau bahwa orang itu tuh bukan jodoh kamu. Jadi kan gak buang-buang waktu dan energi di orang yang salah. Tinggal hepi-hepi ... karena kamu bakalan ketemu orang yang lebih baik. Kalimat yang ringan, padahal untuk memaknai itu teh suseeeeeeh, butuh keikhlasan dan kepercayaan diri biggrin. Tapi setelah kegenggam maknanya, hidup terasa indah, serius! Sepuluh rius malah... oh, seratus rius juga boleh razz .


Rachma termasuk orang yang emosinya tidak begitu fluktuatif. Jadi kalo tiba-tiba Rachma merasakan suatu emosi yang dominan, ntah itu kesel, kangen, ato apa gitu.. bisa langsung mendeteksi bahwa kondisi hati Rachma lagi gak stabil. Prinsip Rachma, ketika diri ini menilai suatu hal di luar diri sendiri dengan penilaian konotasi negatif yang terlalu tinggi, itu justru indikasi bahwa ruhiyah Rachma lagi terjangkit penyakit hati, alias mesti banyak istighfar. Pernah, suatu ketika... salah seorang teman bercerita tentang kisah bahagianya, semangat 45 lah pokoknya, sangat antusias. Awal-awal, walo kepala lagi mumet karena kerjaan, Rachma masih menanggapi dengan kepala dingin, berusaha merespon seantusias mungkin. Tapi, dasarnya emang saat itu ruhiyah lagi perlu siraman rohani, ntah kenapa yang timbul di hati Rachma saat itu adalah iri dan kesel. Demi norma kesopanan, Rachma menguatkan diri untuk menanggapi obrolan-obrolan itu, yang ntah kenapa terasa sangat panjang dan membosankan... dan malah bikin hati Rachma gundah dan sesek... sampai pada fase I can't handle it anymore, it's so exhausting. Hikmah yang Rachma ambil, hati-hati kalo cerita-cerita sama orang, mesti tau dulu kondisi lawan bicara kaya gimana, jangan sampe mendholimi sang pendengar cerita, karena disengaja ato tidak, pihak yang terdholimi akan sedih hatinya, and being sad is not fun at all :) . Dan satu lagi pembelajaran yang bisa didapat, ada saatnya 'being selfish' menjadi solusi. Bahwa diri ini harus menyadari kapasitas hati, tau limit dan boundary yang masih bisa ditolerir. Karena jika terlalu jauh, terlalu lelah, terlalu exhausted, proses recovery hati menjadi lebih sulit. Ingat, pertanggungjawaban berbuat baik itu tidak hanya terhadap orang lain, tapi juga terhadap diri sendiri. So, stay away from destructive behavior, and make sure you don't hurt yourself wink. The selfish says: you're not responsible for the others' happiness, and the consequence is that you may not expect others to make you happy. And the wise man says, be good to your self, so that you can be good to others better, and eventually the others will be good to you. Yah, tawadzun tetap jadi pilihan, hehehe.


Balik lagi ke masalah pasangan hidup, soalnya mulai ngelantur ngetiknya biggrin. Kalo Rachma nasehatin adik cewek Rachma, biasanya Rachma bilang, mau bagaimana pun jalan jodoh itu dateng (mu dijodohin kek, mu ketemu di mall, di bis, ato dikenalin temen, ato apapun itu), yang bertanggung jawab terhadap pilihan itu adalah diri sendiri. Dan sebagai cewek, amat sangat wajib untuk picky (gyahahahaha mendoktrin ... cool). Kalo Rachma mungkin berargumennya karena memilih pemimpin, yang ntarnya harus Rachma patuhi dalam kebaikan, yang harus Rachma hormati dan cintai bagaimana pun keadaannya. Dan tentu sajah, kesempatan untuk memilih dan menimbang itu adalah sebelum nikah, kalo udah nikah mah udah nasib eta mah... baik buruknya udah wajib diterima, udah bukan masanya untuk komplen atau menyesali keputusan sendiri. Makanya, kalo pas di awal-awal udah ketauan jeleknya, itu harusnya disyukuri, ketauan lebih awal. Kalo ketauan udah nikah mah, rieut ntarnya razz.


The man you choose is the man you get, ntah Rachma baca ini dari mana, lupa, hehehe. Intinya sih emang jangan milih sembarangan. Nikah itu bukan tujuan akhir. Setelah nikah bakal banyak hal yang harus dilalui bersama. Bahwa orang yang dipilih itu bakal jadi partner seumur hidup. Yang tentunya tidak selamanya sehat, ada saat sakitnya. Tidak selamanya keuangan lancar, ada saat kurang lancarnya. Tidak selamanya pemikirannya sejalan, ada saat bentroknya... de el el (kalo diterusin kepanjangan ntar razz). Tapi tentu sajah, kebijaksanaan dalam memilih pasangan (alias picky, kekekek cool)... harus dibarengi dengan sadar diri, sodara-sodara. Jangan sampai hati berharap dapet yang begini begitu, sementara sendirinya belum nyampe ke level itu. Kalo terlalu jomplang gitu mah namanya mendholimi pasangan, heheheheh.


Ceritanya nih Rachma termasuk orang yang susah jatuh cinta... umm... I wonder ... is that related to the fact that I'm a scientist? So that the person should flirt harder to have me notice him? (Jyahahahah, jadi ngeri sendiri razz). Tapi untuk kemudahan, tentu sajah Rachma harus membuat list (udah kaya pesen blueprint razz) untuk membantu mengerti diri sendiri ... apa sih sebenernya yang Rachma perlukan dari pasangan. Ini bukan berarti Rachma mengkampanyekan "being picky" dalam konotasi negatif... tapi tentu sajah untuk menjalani hidup itu harus realistis... bahwa makan cinta aja gak cukup, heheheh.


Biasanya, Rachma tau karakter yang Rachma suka, baik yang abstrak maupun yang kongkrit... saat hati dan pikiran Rachma lagi eror (seriously!!!). Karena kalo lagi biasa-biasa aja, hidup Rachma udah indah... kalo ada yang bikin sedih atau kesel, bisa recovery sendiri. Walo yang lain jutek jahat, Rachma mah bisa mengondisikan diri sendiri untuk selalu senang bahagia. Otomatis, memang Rachma menyadari... kayanya susah buat seseorang bisa ngambil hati Rachma (... ada idiom lain lagi gak sih selain mengambil hati? Ngeri razz), harus bener-bener yang unik dan menarik gitu kali yak. Dan walopun udah ada kecenderungan dikit, biasanya itu teh sama Rachma masih diproses secara logika, makanya prosesnya teh lamaaaaaaaa. Kadang, yang lucunya... misal setelah proses lama itu naik fase jadi ingin meng-iyakan, taunya teh cowoknya udah nyerah duluan... (nyahahahahaha... so you see, how being patient can be really priceless, kekekek). Pas kondisinya kaya gitu, otomatis kan ada sedikit patah hati tuh, dan seperti sudah bisa ditebak... Rachma mah recoverynya juga cepet (xixixixix razz), dan yang kaya gitu mah gak termasuk level "kisah"... weheheheh. Sisi positifnya sih, ya... belajar banyak hal, belajar mengenal dan beradaptasi dengan karakter yang berbeda-beda. Walo sebetulnya dalam hati berazzam, pengennya hati Rachma cuman pernah dihinggapi satu nama saja, calon suami. Namun ternyata hidup mah gak sesimpel itu, jadi ini mungkin pembenaran kalo ntar cerita-cerita sama suami,,, abis ketemu sama dirimu teh ternyata perjuangannya susaaaah,,, harus melalui kisah ini kisah itu, kekekekek... lebay razz.


Blue print: Rachma suka sama orang yang low profile (eh, emangnya ada ya yang suka sama yang high profile? mrgreen), jujur dan apa adanya (ah, how I love the expression of an honest man, hehehe). Energic (kalo lagi eror teh suka... umm, melted, nyahahaha... jijay), humble and mature (it feels like the world is sooooo safe, nothing to be afraid of... ), a little bit childish (the atmosphere makes me want to love the person more. Upps! razz), the deep look (the look showing a lot of kindness, love, and care, ini mah Rachma liat di tv ketang, jadi gpp lah masukkin blueprint, namanya juga ngayal... bisa milih, hihihihi)... and this, and that,,, this,,, this,,, also this,,, and that,,, dipikir-pikir... banyak amat maunya, hahahah. Kalo kata Mama mah... yang dipertimbangkan tuh yang prinsipil-prinsipil aja, jangan kebanyakan mikir... mu nikahnya kapan? Dan Rachma pun berkomentar, tenang Ma... kalo udah ketemu orang yang tepat mah, langsung nikah... gak pake ditunda-tunda. Abis itu mikir-mikir... perlu miracle kali yak, ketemu orang terus langsung sreg nikah, heuheuheuh.



Dah dulu ah chit chatnya... corat coret hari ini dicukupkan sekian sajah.




And I pray to God,
when I meet you...
I can recognize clearly
that you are the one I am longing to live with.

Thursday 4 June 2009

Behave

Rachma akan mempopulerkan satu frase "it's in the blood" (citasi: I****, 2009), dengan makna it is in fact inherited from your elders biggrin, sebagaimana populernya like mother like daughter, atau like father like son, hehe.


Dulu, Rachma kadang suka gak habis pikir sama jalan pikiran Mama, yang sebegitu lempengnya, carefree banget... lempeng peng. Dan emang Rachma mah seriusan belum pernah liat Mama nangis, pokokna mah tough banget lah Mamahku mah... te-o-pe. Sekarang, temen Rachma yang suka bilang kalo Rachma tuh lempeng banget... ampe masuk kategori it's in the blood biggrin. Bedanya Rachma mah sering nangis, hehehe.... kalo gak bisa nangis justru jadi susah sendiri, hihihi. Misal ditanya: Rachma apa kabar? Kok udah ceria lagi, udah ketawa-ketawa lagi.... Dan Rachma pun komen: Kenapa juga Rachma mesti sedih-sedihan lama-lama? [I'm too busy for that razz].


Contoh lain, pas kemaren-kemaren Rachma ngajuin desain rumah... duh itu mah Rachma udah ngasi sample berapa banyak... masih gak diterima jugaaaaah, kurang ini lah kurang itu lah... pengennya begini pengennya begitu.... ah lieur weh pokokna mah... ampe dalam hati Rachma mikir... pengennya Mama apa siiiiiih? Kalo ini gak suka itu gak suka, ya udah ateuh bikin desain sendiri ajaaaaah. Tapi pas dipikir-pikir lagi, perasaan Rachma juga suka gitu da, heheheh razz... kalo belum nemu yang sreg di hati, mu berapa pun model suatu produk yang dah diliat, tetep ajah gak mau settle for less, gak ada hubungannya jumlah sampel ama kemantapan hati, kekekek mrgreen. Atau kalo ngedengerin Mama ngobrol... misal ya, udah jelas-jelas tuh dana mu dipake bikin rumah, eh tiba-tiba di tengah jalan tuh dana dipake ... gak tanggung-tanggung lagi dipakenya puluhan juta. Udah selse masalah penyimpangan tuh dana, eh tiba-tiba ujug-ujug dana yang udah terkumpul dipake lagi buat beli tanah. Ah, lieur Rachma mah mikirinnya juga. Suka gemes sendiri jadinya. Pas Rachma tanya ke Mama, kenapa tuh dana jadi dibeliin ini itu, dengan lempengnya Mamahku bilang: ya pengennya kan ini jalan itu jalan. Maruk, kalo bahasa kasarnya mah, itu pengen ini pengen, dan dengan pedenya dananya bakal ada (yah, walo kenyataannya mah emang ada sih, hihihi). Tapi eta teh tetep suka bikin hati emosi... Mamahku... Mamahku... emangnya dapetin uang teh gampang gitu... ah, sok aya-aya wae.... rolleyes. Tapi kalo hati udah stabil, kepala udah dingin... suka ketawa sendiri... soalnya Rachma juga suka kaya gitu, hehehehe.... traveling pengen jalan... nabung pengen banyak.... shopping tetep jalan... dan gadget juga tetep pengen nambah, kekekekek razz.... kan yang penting mah real... semuanya kesampaian, heuheuheu biggrin.


Atau, kalo liat adik Rachma yang cowok, akhir-akhir ini mulai keliatan... kalo dia itu punya high taste. Dulu sih orangnya emang suka apa ya... bahasa Sunda mah "nyawad". Jadi kalo Rachma pake baju yang kurang matching, dia suka komentar. Ampe gaya jalan aja dikomentarin ama dia: Teteh, cewek tuh kalo jalan mesti kaya gini... gutak gitek... gutak gitek (sambil meragain jalan, terus pinggulnya digoyang ke kiri ke kanan). Asli itu Rachma liatnya ketawa ngakak... abisnya gak tahan liat dia meragain jalan kaya pragawati. Dan Rachma pun berkomentar: da Teteh mah kurus atuh, jadi jalannya gak mungkin kaya gitu (nyadar diri lah ya razz). Ampe dia mah penampilan Mama pun dikomentarin, Mama... model acuk siga kitu mah kurang gaya... mestinya gini gitu.... Ah, abis we lah ama dia mah dicawad. And that gene, the taste, that is for sure inherited from my father. Kalo adik cewek Rachma, udah jelas dia mah... Mama banget biggrin. Dan kalo dibandingin masalah kepercayaan diri, Rachma kadang masih kelintas malu atau kadang ngerasa gak nyaman aja (terutama kalo dalam komunitas banyak orang, suka pusing liatnya),,, nah adik cewek Rachma mah lebih pede lagi, dia mah kayanya dapet gen pede sangat dominan, hehe, dan keliatan sangat nyaman dengan keberadaan banyak orang.


Background keluarga tentunya mempengaruhi cara berpikir, atau paling ngga membentuk suatu kebiasaan tersendiri. Mungkin, untuk masalah etika dan perilaku, keluarga Rachma termasuk yang sangat memperhatikan hal ini, harus behave lah intinya mah. Dan kadang, di dunia luar ada beberapa hal yang kurang sesuai dengan apa yang udah tertanam di kepala Rachma. Dan, biasanya pula terbersit rasa "ill feel" kalo liat sesuatu yang kurang behave, hehe. Misal, pernah satu kali Rachma lagi makan anggur, terus pas tuh anggur pas banget mau masuk ke mulut Rachma, tiba-tiba orang sebelah ngambil tuh anggur, terus dimakan ama dia. Dalam hati asli Rachma kaget... dan ngerasa kurang sreg, karena kalo menurut Rachma mah itu teh gak sopan namanya... harusnya kan minta izin dulu ato apa gitu... jangan ujug-ujug ngambil makanan orang. Ke sananya lagi kepikiran jahat kaya gini "di rumahnya dididik kaya gimana sih? Dia kan cewek, harusnya behave atuuuuuuh....". Again, cuman uneg-uneg dalam hati... kalo di luar mah Rachma cuman senyum aja, as always (so if you interact with me, you might need to differ which one is the true smile, and which one is a-smile-to-be-polite, hehehe). Dan tibalah pada satu saat, Rachma cerita tentang hal ini ke temen-temen Rachma. Dan demi menjaga hati (ceileh razz), mereka mengajukan beberapa pembenaran untuk berhusnudhan, salah satunya gini: mungkin dia itu udah ngerasa deket sama Rachma, jadi dia ngerasa gak perlu minta izin, kan udah kaya sodara. Deket? Kaya sodara? Hayah, Rachma mah di keluarga aja gak kaya gitu, ya kalo namanya mu ngambil sesuatu yang bukan punya sendiri, walopun itu punya sodara, ya tetep ajah mesti minta izin dulu... behave atuh behave... (keukeuh ama kata behave, heheheh mrgreen). Atau misal sama gaya makan, asli Rachma mah kalo mood lagi jelek, suka bisa ilang nafsu makan kalo liat orang yang gak behave pas makan, yang ampe bunyi-bunyi... apalagi kalo sendok digigit.... duh Neng... Neng... dirimu teh cewek... cik atuh feminin dikit kalo lagi makan teh, mulutnya ditutup, kalo pegang sendok yang bener, jangan digigit-gigit... itu piring buat makan, bukan drum band buat bikin bunyi-bunyian... (ini ceramah tentang makan aja bisa panjang lebar... heuheuheu). Ampe kata temen mah, ntar kalo Rachma milih mantu, calon mantunya kayanya di-os dulu razz.


Kadang emang suka mikir sih, apa Rachma terlalu konservatif ya (ato terlalu cerewet? razz). Tapi da di keluarga Rachma mah emang yang namanya etika dan kesopanan tuh jadi sorotan. Dulu pas masih kecil sering banget diingetin,,, gak hanya ama ortu, tapi ama sodara lain juga. Dan mungkin secara gak sadar emang membentuk stereotip, bahwa cewek tuh harusnya begini, cowok tuh harusnya begitu. Standar tinggi, picky gitu kali yak, hehehe razz. Katanya sih kan gak boleh menjudge orang dari luar... tapi,,,, Rachma suka otomatis menilai... misal, dalam kepala Rachma, cowok itu harus berwibawa... jadi pas liat cowok yang -maaf- pecicilan, asa kumaha kitu. Ato kalo liat cowok, misal -cenah- cakep, tapi pas lagi ngobrol... obrolannya tuh kaya kosong (bukan gak mutu sih, tapi kosong,,,, ummm,,,, ah susah mendeskripsikannya mrgreen), jadi menyayangkan... cakep-cakep kok kosong (walo kata temen mah, tetep aja cakep mah cakep cenah... rolleyes). Bukan berarti Rachma sukanya ama obrolan-obrolan serius (ih, siapa juga yang mau dengerin masalah serius-serius mulu, nyantai mah perlu, hehehe razz), tapi mungkin pembawaannya kali ya yang berpengaruh. I mean, as long as the person knows how to behave, I don't mind seeing a grown up man being childish sometimes, that's cute. Dan walo banyak bertebaran slogan romantis dari kalimat "I love you just the way you are"... nya tetep we, mesti nyadar diri atuh... the way you are di sana teh bukan jadi pembenaran tidak memperbaiki diri, hehehe. Kalo udah berusaha seoptimal mungkin melakukan perbaikan, baru boleh bilang: if you can't handle me at my worst, then you sure as hell don't deserve me at my best (Marilyn Monroe; agak kasar sih kalimatnya, jadi fokus di maknanya aja biggrin).


Dengan kata lain, diri sendiri mesti ngaca, mesti nyadar diri, masih banyak hal yang perlu diperbaiki........

Popular Posts