Sunday, 27 May 2007

Jelaga

Pernahkah kau mengamati
embun sejuk yang malu-malu beriak jatuh menyentuh kolam
disambut teratai yang sumringah merekah
berhiaskan tirai remang mentari
yang menguap memancar sinar hangatnya
dan air pun bernada, beriak, bernyanyi
menyambut tiap tetes kesejukan
dan berlapang pada tiap hembusan kehangatan
bahkan jika tetesan itu berubah menjadi hujan
dan cahaya hangat itu berbaur menjadi dingin
kolam itu tetap beriak berharmoni
menunggu tiap tetes kesejukan
merajut ketentraman
mengharmonisasi alam

Dan ketika kupicingkan mata ini
berusaha menembus jelaga hati
masih belum kutemukan
bayang kenafikan adanya dirimu
dan kian kutanyakan
pada pagi yang berwarna
kapan fokus hati ini jatuh pada retina yang tepat

Ada banyak ruang kerinduan
yang kian kututup rapat
kulupakan
dan kujauhi
demi kuterangkan sekelumit hati ini
untuk menyapa ramah kedatanganmu
dan banyak pula jelaga hati
yang sungguh ingin kubersihkan
dan kubuang jauh
demi menyambut hidup kehadiranmu

Kurebahkan angan disaat jengah
dan kusandarkan pikiran
pada setumpuk kapas lembut
yang menyangga sekelumit kepasrahan hati
saat jiwa ini mecapai limit keterjagaan
dan kekosongan kelabu kalbu
menanti dibukanya cercah terang
menyambut sekelumit ketentraman

Riak hiruk pikuk yang mulai bernyanyi menjauh
berjejer riang menunggu adanya dirimu
terpekik binar keingintahuan
berdebar lembut menunggu sosok jelmaan nyatamu
yang dalam lelah kupanggil selalu
yang kutunggu dalam diamnya rentang waktu
berhiaskan bias cemas dalam diri
bertatahkan tanya yang merenda dalam hati

Dan kurasakan detak jantung
yang mulai melemah
mengantar sang peri tidur
menyanding pusaran beranda
berirama pelan
berbisik lirih pada malam
berucap pamit pada siang
menutup mata
menjauhkan diri dari kesibukan
mengharapkan ketenangan jiwa
sembari menyisipkan sebaris do'a
yang kubisikkan lirih pada Illahi
aku ingin segera bertemu denganmu
dan ingin kubagi semua
hal indah yang menari dalam anganku
dan ingin keceritakan semua
lara jiwa yang terpenjara kaku

Saat terhembuskan nafas keseharian
tersisip angan tuk sejenak mencari keberadaanmu
dan kucoba menerka di antara banyak rasa
manakah yang nyata jelmaan dirimu
dan ketika kurasakan banyak ruang hampa
bergemuruh di hati yang berjelaga ini
semakin aku bertanya-tanya
yang manakah dirimu



Banyak goresan luka yang menghias jelaga hati
demi mencari adanya dirimu
dan sungguh aku mulai menampung banyak lelah
dan kadang kehilangan harapan
untuk kembali mencari
sinar cerah keberadaanmu
aku mulai bertanya-tanya pada Ilahi
apakah jelaga hatiku terlalu banyak
hingga aku tak diperkenankan bertemu denganmu lebih cepat
apakah riak tangis yang jatuh itu
hanyalah bagian hidup yang sia-sia saja?
adakah engkau tau jawabannya?

Segugus angin yang berhembus
menyapukan dingin, menyelimuti kebekuan
masih tak bisa menenangkan angan
yang kian berlari ini

kadang terjeda ratapan sendu
namun tergantikan riak-riak jemu yang menggelitik hati
yang mebuatku kian bertanya
jikalau engkau tau
akankah itu membantu?
bahkan sang karib pun menertawakan kerapuhanku
mencibir jengah keinginanku bertemu denganmu
apakah jelaga ini terlalu tebal
hingga aku tak diperkenankan mengetahui keberadaanmu?

Zamrud yang merentang membatasi waktu
mengikat lekang kekerdilan hati
mengikis sedih menghapus jemu
menabur senyum memulas ceria
menyulam erat kesabaran
menebar benih keikhlasan
menunggu takdir Ilahi
dan ketika kulihat bintang di sana
harapan kekanakan muncul di benak
bahwa dirimu pun melihat bintang yang sama
membisikkan do'a serupa pada Yang Maha Kuasa

Dan ketika ada sosok menghias mimpi
bersanding menyusuri jalan lurus
bergandeng tangan mengukir bahagia
kerapuhan ini mulai berkelana
mencari adanya dirimu
menginginkan tegasnya figurmu
bahkan tergelitik canda
menerka dia adalah dirimu
dan masih harus kubersihkan
semua jelaga di hati ini
agar saat bertemu denganmu
aku bisa meminta dengan tulus
jadikan aku
bimbinglah aku
menjadi satu-satunya perhiasan
yang melekat indah di lubuk hatimu
dan bersinar terang
menghiasi kehidupanmu




Duh Allah,
wahai Dzat yang menguasai qalbu...
jagalah hati ini
untuk senantiasa ada dalam keridhaanMu
hiasilah diri ini
dengan sabar dan ikhlas
menjalani suratan qada dan qadar yang telah Engkau tetapkan
Astaghfirullahal'adzim...
Astaghfirullahal'adzim...
Astaghfirullahal'adzim...



*Gambar diambil dari web ini, ini, ini, ini, ini, dan ini.

1 comments:

luca satria said...

syahduhnya... sajak2mu kawan...

Popular Posts