Tuesday, 10 June 2008

Cermin

Sisi baik, sisi jelek, sifat dewasa, sifat kekanakan, dan masih banyak lagi sifat lain yang merupakan dua kutub berpasangan... yang pada dasarnya ada pada tiap manusia. Satu seni hidup yang menarik: manusia bisa memilih sifat mana yang akan ia tampilkan.


Manusia satu dengan lainnya, layaknya cermin yang berhadapan. Cermin yang baik tentunya yang bisa menunjukkan sisi-sisi baik dari yang bercermin, sebaliknya... cermin yang buruk merefleksikan, menguak tabir sisi gelap seseorang. Setiap manusia tau, manusia lainnya, selayaknya dia sendiri, punya sisi terang dan gelap. Kala ia menjadi cermin, ia bisa memilih... memperjelas yang baik, atau membongkar kebusukan. Demikian pula yang bercermin, ia bisa memilih... topeng mana yang akan ia kenakan di depan cermin itu.


Tidak semua orang bisa menjadi cermin yang baik. Apalagi jika emosi tidak tertata dengan benar. Kelapangan untuk mengetahui sisi buruk yang bercermin, namun berusaha menutupi itu lalu meng-encourage sisi baiknya... bukanlah hal yang mudah. Beruntung manusia tidak dipaksa menjadi sosok sempurna, manusia hanya dianjurkan untuk berusaha sesuai kemampuannya. Lantas, limit yang dipergunakan di sini, siapa yang menentukan kriterianya?


Manusia, hebatnya lagi, dipersilakan menentukan limit keberhasilannya sendiri, diberi kebebasan merumuskan makna kesuksesan bagi dirinya sendiri. Selama diri Anda merasa puas atas prestasi yang telah Anda raih, mengapa Anda masih punya energi untuk menanggapi cemoohan orang lain? Bukankah itu berarti sebetulnya kapasitas energi yang Anda miliki cukup banyak? Akan lebih baik... jika kelebihan energi yang Anda gunakan untuk menanggapi sikap sinis seseorang itu digunakan untuk mencapai level kesuksesan yang lebih tinggi, bukan begitu?


Cemas, sedih, putus asa, marah, benci, dan masih banyak lagi rentetan penyakit hati, yang kadang manusia membiarkan mereka tumbuh baik dalam hatinya, menggerogoti sifat-sifat lain yang jauh lebih berharga untuk dipelihara. Apakah manusia sebegitu cintanya pada penyakit hati? Hingga dengan bangganya sifat-sifat jelek tadi dibiarkan berkembang biak? Bahkan mungkin kadang ditularkan pada orang lain lewat hasud, sebegitu cintanyakah manusia pada sifat-sifat itu?


Common sense dan individual speciality, dua kubu yang tidak selamanya beririsan. Sadarkah tiap manusia, bahwa pada dirinya telah dibekalkan kelebihan untuk menemani kekurangannya? Kelebihan dan kekurangan bukanlah kubu yang bermusuhan, melainkan kubu yang saling melengkapi, apakah semua orang mengetahui prinsip itu? Tentunya, untuk mengetahui dan paham prinsip-prinsip krusial bagaimana alam bekerja... tergantung manusia itu sendiri, sedikit banyak beriringan dengan pengaruh lingkungan, pengaruh cermin-cermin yang sering ditemui manusia itu sendiri.


Tanpa disadari, mungkin Anda pernah bertemu dengan seseorang sedemikian sehingga hanya sifat-sifat jelek Anda yang terekspose keluar. Di lain pihak, Anda bertemu dengan orang yang dengan indahnya membuat Anda nyaman untuk menampilkan sifat-sifat baik Anda. Manusia cenderung nyaman untuk menjadi orang baik dibandingkan orang jahat, kecuali kalau Anda memang hobi memelihara sifat jelek... itu lain perkara. Ada orang yang memang punya internal motivation yang sangat tinggi untuk selalu "menjadi orang baik". Semua tau, menjadi orang baik itu bukan hal gampang. Perlu ekstra energi, perlu pengelolaan emosi terstruktur, apalagi jika harus menjadi cermin yang baik juga bagi manusia lainnya. Iman itu naik turun. Beruntung sekali, layaknya dapat jackpot kalau berhasil bertemu dengan orang yang bisa jadi cermin yang baik. Yang menunjukkan, mengencourage sisi-sisi baik yang Anda miliki, yang mungkin Anda pun baru menyadari... ternyata sifat itu ada pada diri Anda... Sudah pernah bertemu orang seperti itu?... Your treasure then.



*Ini ngeblog apa nge-artikel Neng?
gak banget bahasa yang dipakenya :))*

2 comments:

ganDA RAHman garNADI said...

hmm... memangnya tulisan artikel harus ada ANDA-ANDA-nya ya??? baru tau :D

Rachmawati said...

hehehehe, kata "Anda" itu menegaskan jarak: saya penulis dan Anda pembaca :D. Jadi kaya artikel, bukan blog, karena yang namanya blog itu kan online journal, dan yang namanya journal itu berkenaan sama daily life, semestinya tidak menegaskan adanya jarak penulis-pembaca :).


-opini pribadi-

:D

Popular Posts